Asal usul
Misteri Harimau Bali, Kisah Sangmong Yang Terlupakan
Selasa, 09 April 2024
Asal usul
Sejarah Gunung Batur Dan Legenda pulau Bali
Jumat, 10 Mei 2019
SejarahBali.com/pendakigunung.top
Pada suatu masa, saat pulau Bali masih sunyi tak berpenduduk, mengapung di tengah samudera yang luas. Kala itu, pulau Bali hanya memiliki 4 gunung saja. Di antaranya adalah.
Baca juga: Gunung Batur Meletus, 1926 (1): Suasana Desa Batur tahun 1920an
Gunung Karu di sebelah baratGunung Andakasa di sebelah selatanGunung Beratan di sebelah utaraGunung Lempuyang di sebelah timur
Sejatinya 4 gunung tersebut belum mampu memaku pulau Bali, sehingga masih belum stabil dan mengambang di atas samudera luas. Kemudian hal ini diketahui oleh para Dewa yang bernaung digunung Semeru. Sekedar informasi, sampai saat ini masyarakat Bali percaya bahwa gunung Semeru merupakan Pura utama.
Dalam pemindahan ini, Dewa Benawang Nala berperan sebagai alas puncak Semeru, Dewa Naga Tatsaka dan Dewa Naga Besukih berperan sebagai pengikat, sementara Dewa Ananta Boga berperan sebagai pengangkut yang menerbangkan puncak gunung Semeru.
Baca juga: Gunung Batur Meletus, 1926 (3): Gerbang Utama di Komplek Pura Batur, 1938
Setelah sampai di pulau Bali, kemudian puncak gunung Semeru dibagi menjadi 2, satu bagian menjadi gunung Agung dan bagian lainnya menjadi gunung Batur. Setelah diletakannya 2 gunung ini, kemudian pulau Bali tidak mengambang lagi, terpaku oleh gunung Agung dan gunung Batur.
Baca juga: Gunung Batur Meletus, 1926 (4): Keindahan Danau Batur yang berlatar belakang Gunung Batur, 1912
Pada saat ini, masyarakat Bali percaya bahwa ke-2 gunung tersebut menjadi tempat bernaungnya para Dewa penguasa alam raya (Parahyangan Purusua Peredana). Lanjutan dari kisah di atas, setelah gunung Batur dan gunung Agung terletak di pulau Bali, kemudian Dewa Pasupati menugaskan beberapa putranya untuk menempati pulau Bali. Di antaranya adalah Dwi Linga Giri Purusa Predana, Tri Lingga Giri, Sapta Lingga Giri.
Baca juga: Gunung Batur Meletus, 1926 (5): Suasana Pura Batur, sebagian sudah tertimbun lava, 1925
Setelahnya, putra-putra Dewa Pasupati inilah yang menjadi Penyiwian, Sungsungan dan Amongan bagi Ratu Muang Kaula di pulau Bali.
Penulis : TImLiputan