Asal usul

Ada Dua Energi Dalam Karauhan, Dewa dan Bhuta Kala

 Rabu, 31 Agustus 2022

SejarahBali.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Denpasar - 

Mendengar kata karauhan mungkin tidak asing lagi bagi sebagian Krama di Bali.

Menurut salah satu Akademisi yang juga, Ketua Yayasan Gases Bali, Dr Komang Indra Wirawan di Denpasar menyampaikan, Karauhan merupakan salah satu unsur kebudayaan yang ada di Bali. Karauhan, unsur katanya dari rauh yakni, menghadirkan apa yang dihadirkan dalam konteks tersebut.

Menurut Dirinya, karauhan terjadi dalam unsur tatanan upacara Yadnya ketika ada Panca Yadnya dilakukan Karauhan tersebut menghadirkan kekuatan bersifat sakral dan gaib yang tujuannya menyatukan dan menghadirkan. 

Apa dihadirkan dan satukan tentunya keharmonisan sendiri agar merasakan kelanduhan didasari oleh cinta kasih tersebut. 

"Karauhan terjadi dalam suatu tatanan sakralisasi ada upakara dan upacaranya," cetusnya.

Dirinya mengatakan, Karauhan dapat dibagi menjadi dua yakni, kerauhan Dewa dan kerauhan Bhuta Kala. 

Karauhan Dewa mengikuti etika, tatanannya mengikuti sasanan Dewa, baik dari ucapan, pikiran dan tindakan. 

Kalau karauhan Bhuta Kala, lepas dari tatanan unsur Dewa seperti, Ngamuk, Ujar Ala dan sebagainnya.Namun keduanya terjadi dalam satu tatanan sakralisasi. 

"Bagaimana kita melegalisasi karauhan tersebut benar atau tidak.Misal, sama dengan jika kita sudah dibersihkan seperti, melakukan pawintenan baru kita layak sebagai manusia yang disucikan.Namun sebatas mana manusia tersebut disucikan ketika sudah masuk ruang sakral di Banjar atau Merajan dia harus memiliki legalitas di tempat tersebut, ketika Dia tidak menjalankan SOP tersebut dengan baik dan benar maka, belum dapat dinyatakan Dia layak untuk Karauhan," paparnya.

Penulis : A.A Gede Agung

Editor : SejarahBali



Sejarah Bali Bali Sejarah Kerauhan Dewa Bhuta Kala Cerita Denpasar


Tonton Juga :



Asal usul Lainnya :










Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT