Apa Kata Mereka
Apa Kata Mereka Tentang Channel Sejarah Bali
Rabu, 26 April 2023
Apa Kata Mereka
Apa Kata Mereka dari Dra Ni Putu Karnadhi M.Si. tentang Channel Sejarah Bali
Senin, 07 November 2022
Sejarahbali.com
Mari Kita dengar APA KATA MEREKA dari Dra Ni Putu Karnadhi M.Si. tentang Channel Sejarah Bali. Menyajikan Sejarah Bali dengan keindahan alam dan cerita di masa lampau yang selalu aktual. Beliau merupakan Istri dari A.A. Ngr Parwatha Pandji Penglingsir Puri Kanginan Buleleng.
Payas Ningrat Buleleng merupakan akulturasi dari budaya nusantara. Adapun sejarah awal Payas Ningrat Buleleng dipakai oleh keluarga Kerajaan yang menikah dengan sesama keturunan Raja.
Payas Ningrat Buleleng merupakan akulturasi nusantara banyak terjadi misal, Simping terbuat dari kain sutra karena, kapal Cina sempat karam di segara Penimbangan dan kemudian diberi hadiah berupa kain sutra Cina berwarna merah.
Awalnya kuku panjang dipakai penganting Ningrat hanya 2 di klingking saja karena, pengaruh Cina. Kemudian padal 1840 Raja Buleleng Anak Agung Ketut Jelantik diasingkan ke Padang oleh Belanda.
"Namun kalau raja diasingkan tersebut ibarat berplesir", cetus, Istri dari A.A. Ngr Parwatha Pandji Penglingsir Puri Kanginan Buleleng, Dra Ni Putu Karnadhi M.Si di Denpasar.
Jadi, disana Beliau memakai pakaian kebesaran bersama istrinya sang Istri memakai pakaian Ningrat dan perjalanan itu melalui betawi dalam perjalan beliau mampir ke Palembang kemudian disambut dengan tari selamat datang khas Palembang.
{bbseparator}
"Penari-penari tersebu kala itu memakai kuku panjang kemudian dilihatlah kuku panjang tersebut. Oleh beliau, merasa sangat bagus akhirnya ditambahkanlah kuku panjang tersebut menjadi 8", katanya.
Kemudian badong dan onggarnya dibuat lebih besar terlihat bagus dan gagah. Dari palembang itu sampai ke padang beliau juga dihadiahkan songket.
"Jadi motif songket Buleleng tersebut hampir mirib dengan songket padang jadi itu akulturasinya", cetusnya.
Kemudian kerisnya juga tidak nyempit seperti, payas Agung biasa karena, yang menikah ini adalah, keluarga kerajaan jadi, keris itu dibawakan oleh orang lain. Namun kalau disini karena, kita akan peragaan jadi, dibawa oleh pengantin itu sendiri.
Khas payas Ningrat Buleleng ini adalah, bunganya yakni bunga Tetunjungan berupa bunga Kapu-kapu.
"Jadi bunga tunjung tersebut dan bunga kapu-kapu adalah, bunga yang bersih yang melambangkan bagaimana kesiapan seorang wanita melalui bahtera rumah tangga dan dengan niat suci bisa bertahan hidup dimana saja", paparnya.
Kemudian payas Agung Buleleng memakai songket karena, dulu kain songket tersebut dipakai oleh anak Pepatih.Jika anak raja atau ningrat memakai kain Prada.
"Kala itu kain prada hanya dimiliki oleh orang-orang berkuasa saja", sebutnya.
Kemudian pada payas Buleleng memakai pusung songgeng.Bentuknya hampir mirib tetapi pembuatannya yang berbeda pusung songgeng tersebut dipakai oleh orang kebanyakan sedangkan dalam payas ningrat dipakai pusung Tagel Ngandat.
"Jadi pusung tagel ngandat itu khusus untuk kalangan raja. Ternyata setelah kita lihat dan pelajari ternyata Buleleng itu sejak dulu pikirannya sudah terbuka dan mengglobal dari akulturasinya", katanya.
Selanjutnya, dari segi payasnya juga sudah ringan tidak memakai malem pada seminya itu payasnya klasik.
"Akulturasi ini terjadi karena, Buleleng itu lama di duduki oleh Karangasem jadi perkawinan silang tersebut banyak yang terjadi antara anak raja dan anak pepatihnya itu kan sesama keluarga makanya itu yang terjadi. Songket Buleleng dan songket Karangasem itu motifnya hampir sama", pungkas Putu Karnadhi
Penulis : A.A Gede Agung
Editor : SejarahBali
Apa Kata Mereka
Jumat, 02 Desember 2022
Apa Kata Mereka
Senin, 28 November 2022
Apa Kata Mereka
Kamis, 24 November 2022