Klasik
5 Potret Polisi Jadul Tahun 70 sampai 80-an, Celana Ketatnya Bikin Salfok!!!
Sabtu, 21 Januari 2023
Klasik
Cerita Dibalik Pohon Kayu Santen Di Pura Griya Tanah Kilap
Selasa, 22 November 2022
Sejarahbali.com
Pura Griya Tanah Kilap, selain diyakini masyarakat sebagai tempat memohon anugrah kesembuhan serta kesejahteraan.Di Pura Griya Tanah Kilap terletak di daerah Pemogan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar.Juga konon memiliki cerita dibalik keberadaan Pohon Kayu Santen yang tepat berada di pintu masuk areal Pura Griya Tanah Kilap.
Menurut, Penglingsir dan Pengempon Pura Griya Tanah Kilap, Anak Agung Putu Putra Yadnya (Anak Agung Alit Mangku) menyampaikan, Konon ceritanya diawali dari, Anak Agung Made Suardana (Almarhum) dari Jro Anyar Crancam, Pemecutan.
Baca juga:
Asal Usul Nama Pantai Jerman
Tanpa sengaja Beliau bertemu dengan sosok Nenek Tua di pasar Kuta, Badung.Sembari kala itu, Nenek Tua tersebut menyampaikan, sesuatu dan bertanya karena, Anak Agung Made Suardana dari kecil telah sakit-sakitan di lehernya.
Sakit leher diderita Beliau (Anak Agung Made Suardana) disampaikan oleh, sosok Nenek Tua tersebut kala itu.
"Sosok Nenek tersebut sempat bertanya serta lanjut berkata, "Nak apakah lehernya masih sakit?" Beliau spontan kaget kala itu.Dengan bertanya kenapa Nenek mengetahuinya padahal dari sejak lahir sudah sakit. Serta Nenek Tua tersebut lanjut berkata "Kalau mau sembuh apa mau bantu-bantu di Gria niang?".Akhirnya Beliau menyetujui karena, ingin lekas sembuh dari sakit leher dideritanya sejak awal, " paparnya.
Baru menyetujui hal tersebut leher Beliau menjadi agak ringan. Selanjutnya, sosok Nenek Tua menunjukan, Grianya sambil berjalan kaki.Karena kala itu, jembatan tersebut di sebelah barat Pelinggih masih putus kala itu
{bbseparator}
Akhirnya beliau berjalan dari arah barat sambil menunjuk pohon besar tepatnya di pohon Kayu Santen tepat berada di areal jabe tengah Pura saat ini.
Nenek tersebut berkata, "Nak kamu harus melakukan ritual di pohon Asam tepatnya di sekitar Pura Darmada.Akan tetapi, sebelum itu kamu harus menghaturkan Canang.Kemudian berjalan ke arah selatan lagi dikit ada belokan, selanjutnya belok ke kiri.Maka, disana akan ada gubangan air yakni berupa Telaga Ngembeng disana juga melakukan ritual namun saat sore hari.Tepatnya jam 4 harus sudah jalan, " paparnya.
Selanjutnya, Nenek Tua tersebut kembali berkata, Saat Cening sudah selesai melakukan ritual di pohon Asem sampai di Telaga Ngembeng baru kembali. Disana menunggu air laut surut.
Saat air laut surut silakan turun ke bawah menuju ke arah hutan Mangrove disana akan ada kuburan Cina dan batu.Disaat maju ke tengah-tengah akan ada kubangan.Kubangan tersebut berupa lubang kecil dimasukkan dengan sebatang bambu guna mengambil airnya.
Namun air di dalam kubangan tersebut tidak pernah lebih atau berkurang seberapapun diambil airnya akan tetap akan sama, itulah pengelukatannya.
Kemudian, saat proses pengelukatan selesai kembali lagi ke batu tersebut untuk bersembahyang dengan 3 dupa. Dupa tersebut berwarna merah jangan pernah mengambil dupa dengan warna lainnya.
Selanjutnya kata Nenet Tua tersebut kembali, setelah selesai tancapkan dupa, selanjutnya peluk batu besar disana.Setelah proses sembahyang selesai kembalilah Cening ke pohon besar ini yakni Kayu Santen. Di bawah pohon kayu Santen ada seperti, goa dililit oleh akar besar dan diikuti oleh 2 ekor ikan Julit.
"Persis seperti, Ying dan Yang karena, ikan ini selalu berputar putar. Inilah yang disebut Gria Ida", katanya.
Dirinya mengatakan, Kala itu ceritanya Beliau sempat bertanya apa nama Griya ini? Kemudian Nenek Tua menjawab"Saat hujan lebat, beserta kilap dan petir, disaat air sungai surut silahkan Cening berjalan dari selatan ke utara.Saat berjalan ke utara lihatlah keselatan mengarah ke pohon besar, apa yang akan cening lihat. Kemudian disana ada gundukan tanah yang legit dan mengkilap dengan kilauan pasir bias melila. Itulah asal mula nama Gria Tanah Kilap.
"Gua, yang di ceritakan masih ada termasuk ikan Julitnya masih ada hingga saat ini.Akan tetapi, ikan Julit tersebut keluarnya hanya sewaktu-waktu saja dengan ukuran Ikan Julitnya lumayan besar.Ikan Julit tersebut dari sepengetahuan Saya selalu berputar-putar sampai saat ini, " pungkasnya.
Penulis : A.A Gede Agung
Editor : SejarahBali
Klasik
Sabtu, 21 Januari 2023
Klasik
Sabtu, 31 Desember 2022