Klasik

Gempa Dasyat dan Tsunami Pernah Terjadi di Buleleng Tahun 1815

 Rabu, 30 Desember 2015

SejarahBali.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 
Katalog lain milik Tsunami Laboratory di Intitute of Computational Mathematics and Mathematical Geophysics, Rusia menyatakan bahwa gempabumi Gejer Bali 1815 memicu Tsunami. Mereka meyakini peristiwa tersebut sebagai Tsunami dengan tingkat validitas 75% yang disebabkan oleh aktivitas gempabumi tektonik dan longsoran tanah (Tectonic-Landslide).
 
Bali dan Nusa Tenggara Diapit dua Pembangkit Gempabumi
 
 
Peristiwa gempabumi  di Bali hingga Nusa Tenggara Timur dipicu oleh dua formasi geologi pembangkit gempabumi. Pertama adalah penunjaman lempeng tektonik Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia. Lempeng tersebut berdinamika membentuk jalur gempabumi memanjang dari Andaman-Nicobar-Sumatera- Selatan Jawa- Selatan Bali-Nusa Tenggara hingga Laut Banda.
 
Jalur ini sangat aktif membangkitkan gempabumi dalam berbagai kekuatan dan kedalaman. Bahkan pusat gempabumi mencapai kedalaman diatas 500 kilometer di kawasan busur kepulauan Bali-Nusa Tenggara. 
 
Kedua yaitu patahan naik belakang busur kepulauan atau biasa disebut Back Arc Thrust. Patahan ini memanjang dari Flores melewati utara NTB dan perpanjangnya hingga ke laut Bali di sebelah utara Pulau Bali. Ciri dari gempabumi yang dihasilkan adalah memiliki kedalaman dangkal. Apabila gempabumi berkekuatan magnitude besar terjadi di jalur ini akan berakibat sangat merusak. Selain getaran tanah yang bergejolak, kerap membawa bencana susulan seperti tanah longsor dan Tsunami. Gempabumi Bali 22 November 1815, Gejer Bali 21 Januari 1917, gempabumi-Tsunami Flores 12 Desember 1992 dan gempabumi Alor 4 November 2015 disebabkan oleh pergerakan dua blok batuan besar di zona patahan ini.
 
Upaya Mitigasi
 
Gempabumi memiliki kecenderungan berulang namun belum dapat diprediksi presisi kapan waktunya. Menyadari potensi ancaman yang tidak terpredisi ini, langkah-langkah pengurangan resiko bencana mutlak dilaksanakan untuk antisipasi di masa mendatang. BMKG yang bekerjasama dengan LIPI, BNPB dan TNI-AL  melakukan kegiatan pelatihan antisipasi bencana Tsunami di Buleleng pada tanggal 8-10 Desember 2010. Kegiatan yang bertajuk Evakuasi Mandiri Bagi Masyarakat Pantai Terhadap Bahaya Tsunami tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman akan Tsunami dan tindakan apa yang harus diambil ketika bencana datang. 
 
Pada tahun 2015, BMKG  memasang sirine peringatan dini Tsunami di Lapangan Umum Seririt. Sirine ini diresmikan dan dicobakan pertama kali pada tanggal 29 September 2015.  Perintah pembunyian dilaksanakan dari Ruang Pusdalops BPBD Provinsi Bali di Renon Denpasar. Sirine yang terintegrasi ke sistem peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) ini diharapkan dapat memberikan peringatan kepada warga sebelum Tsunami menerjang. Terdapat celah waktu antara gempabumi dan kedatangan Tsunami, celah waktu ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menyelamatkan jiwa. 
 
22 November 2015, tepat 200 tahun Gejer Bali terjadi. Peringatan ini berusaha mengingatkan kembali  potensi bencana yang dapat terjadi dari patahan belakang busur kepulauan. Berusaha menceritakan ulang kisah lama dibalut perspektif ilmu kebumian modern agar siapa saja yang hidup kini memahami keseimbangan alam, ada bencana ada pula kertha masa.  Peringatan dan diskusi akan dilaksanakan di Puri Kanginan Singaraja pukul 15:00 WITA. Puri tersebut adalah saksi Gejer Bali. 
 

Halaman :


Sejarah Bali Sejarah Bali Wisata


Tonton Juga :











Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT