Tanggal 2 agustus 1926, sampai September 1926, anak Gunung Batur memuntahkan laharnya yang panas, menyebabkan masyarakat mulai mengadakan pengungsian secara bertahap, informasi ini diperoleh dari informan yang dapat dipercaya dan berada di lokasi pada saat peristiwa itu terjadi.
Informan juga menceritakan kejadian yang mencengangkan yang terjadi pada tanggal 2 agustus 1926 seperti : Nang Ngiri, setelah melakukan persembahyangan ia kemasukan (kerauhan) dan membuang dirinya ke dalam kepundan.
Hal ini dilakukan sampai tiga kali tetapi ia tidak mati bahkan masih hidup dalam jangka waktu lama. Disamping itu ada beberapa masyarakat yang menghalang-halangi datangnya lahar dengan berjejer dan bergandengan tangan.
Kekuatan alam sulit untuk dihalangi dan pada tanggal 3 Agustus 1926, Anak Gunung Batur kembali mengguncang dengan hebat dan memuntahkan laharnya yang banyak.
Dalam keadaan ini masyarakat mulai melakukan pemindahan terhadap harta benda dan perlengkapan Pura yang masih tersisa (informasi ini hasil wawancara dengan I Wayan Cidra, umur 80 tahun, yang diwawancarai pada tanggal 16 Oktober 1992).