Klasik

Jenasah prajurit kerajaan Badung saat Puputan Badung, thn 1906

 Senin, 13 Mei 2019

Sejarahbali.com/wikiwand.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Gianyar - 

Di Bali, ada istilah puputan (berperang sampai tetes darah penghabisan (sampai  mati)). Puput = selesai.

Dalam perang Puputan, motivasi utama orang Bali bukan nama harum, bukan kekayaan atau kemenangan, motivasi utamanya adalah Tidak Bersedia Ditaklukkan (karena kehormatan akan hilang).

Ksatria sangat mendewakan sifat-sifat ksatria, obsesinya adalah selalu meningkatkan ketangguhannya, terutama untuk menjaga kedaulatan negara serta untuk melindungi kaum rohaniawan yang lebih lemah.

Para Ksatria percaya bahwa hidup bukan satu kali, melainkan berkali-kali melalui reinkarnasi. Kehilangan hidup dalam pertempuran, merupakan kehormatan dan kebahagiaan hidupnya. Ia percaya bahwa dengan menjalankan tugas dan kewajiban Ksatria, ia akan lahir kembali dalam kondisi penuh kehormatan.

Seorang Ksatria akan bertempur sampai pertempuran tersebut selesai (puput = selesai, dalam bahasa Bali). Bagi Ksatria : pertempuran akan selesai jika ia menang (Lawan menyerah / mati), atau jika ia mati. Bagi Ksatria : Tidak ada pertempuran yang selesai karena ia menyerah.

Itulah sebabnya, dalam pertempuran2 di kalangan sesama kerajaan Hindu, para Ksatria bertempur satu sama lain. Mereka mencari lawan yang sesuai (yang sesama Ksatria), mereka enggan mencari lawan tempur yg terdiri dari pasukan mobilisasi umum (petani dan pekebun).

Itulah sebabnya dalam pertempuran dalam tradisi Hindu, pada saat perang selesai : korban Ksatria selalu banyak sekali, karena mereka tidak pernah menyerah sampai mati.

Penulis : TImLiputan



Sejarah Bali Sejarah Bali Puputan Badung Kisah Asmara Puputan Badung


Tonton Juga :











Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT