Cerita
Mengenal Kanda Pat, Teman Umat Hindu Sepanjang Hidup
Sabtu, 04 Mei 2024
Cerita
Mata Tombak Senjata Era Perang Puputan Klungkung 1908 Dikembalikan
Minggu, 08 Agustus 2021
informasibali.com/ist
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra menerima hibah Mata Tombak Senjata Era Perang Puputan Klungkung Masa 1908 dari Westerlaken Foundation di Pendopo Puri Agung Klungkung, Kamis (10/10).
Pasca Perang Puputan Klungkung sebagaian besar relik berupa Keris Kenegaraan, Alat-alat Upacara, Senjata, Perhiasan, serta Kalung dari I DewaAgung Gede Agung, Putera Mahkota Klungkung dibawa ke dua tempat yakni ke Batavia/ Jakarta dan ke Belanda. Dimana sekarang benda-benda dari Puri Klungkung tersebut dapat kita lihat di Museum Nasional beberapa Museum yang tersebar di Leiden Belanda.
Setelah melalui validasi dan pemeriksaan lanjut Bersama beberapa Ahli Konservasi Cagar Budaya di Belanda, dipastikan dari bentuk tombak dan ukiran sarung tombak bahwa kedua mata tombak ini berasal dari Periode tahun 1900 Kerajaan Klungkung. Kedua tombak ini menjadi saksi bisu dari kejadian Perang Puputan Klungkung. Dugaan ini diperkuat dengan laporan dari W.OJ. Nieuwenkamp Seorang pelukis dan Kurator dari Belanda yang melakukan ekspedisi ke bali pada tahun 1917 deengan tujuan mencari benda-benda koleksi untuk museum di Belanda.
Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra mengatakan dari pihak Puri Agung Klungkung menyambut dengan gembira serta menyampaikan terimakasih kepada yayasan Westerlaken yang sudah mengembalikan mata tobak yang diyakini milik Puri Agung Klungkung. Kita berharap kembalinya kepala mata tombak ini, merupakan suatu langkah awal untuk membuka jalan agar benda-benda peninggalan yang seharusnya milik kita bisa kembali ketangan kita. “hari ini kita kembali miliki apa yang dulu kita miliki pada saat perang puputan, semoga kembalinya mata tombak ini sebagai langkah awal dari kembalinya benda pusaka yang seharusnya milik Puri Agung Klungkung,” Ujar Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra
Pihaknya juga mengatakan benda pusaka ini akan dititipkan ke Pemerintah Kabupaten Klungkung untuk disimpan, dijaga serta dirawat di Museum Semarajaya dan akan dipamerkan. Sehingga nanti apabila masyarakat ingin melihatnya bisa melihatnya di Museum. “ini belum tentu senjata pusaka milik salah keluarga kerajaan. Karena yang bertempur pada waktu itu tidak hanya keluarga puri saja, melaikan masyarakat juga ikut. Hal hasil dari penelitian baru menunjukan eranya saja yang dilihat dari motif ukirannya,” imbuhnya
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dalam sambutanya menyambut baik dari apa yang sudah dikembalikan yang menjadi milik kita bersama. Bupati Suwirta mengimbau kepada seluruh para ahli kebudayaan jikalau ada yang ingin mengakaji, meneliti dan menelusuri mata tombak ini tentu kita Pemerintah Daerah membuka pintu sehingga mata tombak yang ada di Museum Semarajaya tidak hanya sekedar menjadi barang pajangan yang tidak diketahui manfaatnya. Tentu dari pemerintah mengharapkan kedepannya mata tombak ini lengkap dengan narasinya yang bisa menceritakan sejarahnya. “Mudah-mudahnya dengan kembalinya mata tombak ini nantinya menjadi pembuka untuk mengembalikan kejayaan Klungkung sebagai pusat Kebudayaan Bali yang mana akan segera dibangun Pusat Kebudayaan Bali di Guknasa,” Ujar Bupati Asal Ceningan ini
Melihat koleksi-koleksi Kerajaan yang banyak ada di luar Pulau Bali. Kedepan pihaknya akan berusaha memohon negosiasi untuk semua koleksi peninggalan yang seharusnya milik Puri Agung Klungkung supaya dikembalikan. Pihaknya juga akan segera membenahi Museum Semarajaya sehingga menjadi Museum yang diingikan. “Kepada suluruh kelektor yang masih mengoleksi salah satu yang menjadi peninggalan kerajaan Puri Klungkung supaya ikut mengembalikannya,” tandasnya
Sementara itu, President Of Westerlaken Foundation, Rodney Westerlaken MA, Bed mengatakan, sepenggal sejarah ini dimana Bangsa saya Belanda dan Kerajaan Klungkung berada didalamnya bersama-sama tidak akan pernah lepas dari memori. Benda-benda inilah yang seharusnya bercerita lebih lengkap bagaimana sejatinya megah dan mahsyurnya Kerajaan Klungkung, serta bagaimana beraninya segenap lapisan Kerajaan Klungkung dalam perang puputan di tahun 1908. pihaknya percaya bahwa seharusnya benda-benda ini dikembalikan kepada pemilik sebenarnya yaitu Kerajaan Klungkung dan Dipamerkan di museum Klungkung. Karena ini adalah bagian dari sejarah, warisan adi luhur yang seharusnya bisa dilihat oleh segenap masyarakat klungkung dengan mudah. Sehingga generasi mendatang akan terus tahu apa sesungguhnya makna Dharmaning Ksatrya Mahottama.
“Pada kesempatan ini saya bermaksud menghibahkan kedua mata tombak tersebut kembali ke Puri Klungkung untuk selanjutnya dapat dipamerkan pada Museum Semarajaya di Kawasan Kerta Gosa. Sehingga seluruh masyarakat Klungkung tahu, bahwa semua saksi bisu sejarah itu masih ada serta siap menceritakan perjalanan panjangnya. Belanda dan juga Kerajaan Klungkung memiliki ikatan sejarah yang tidak dapat dilupakan. Namun dibalik Patriotisme Perang Puputan ini, terdapat kisah kisah yang tak seluruhnya dapat diungkapkan dan dituturkan pada generasi muda saat ini,” Ujar Rodney Westerlaken asal Belanda ini
Dan tidak hanya itu, pihaknya berharap dengan apa yang dlakukan saat ini dapat menginspirasi kolektor lainnya serta tentunya Pemerintah Belanda dan Pemerintah Indonesia yang masih menyimpan Benda bersejarah dari Kerajaan Klungkung agar dapat mengembalikannya ke Rumahnya, ke tanah kelahirannya yaitu Kabupaten Klungkung dan kepada pemilik sebenarnya yatitu Puri Klungkung.
“Semoga langkah kecil ini bisa menjadi awalan yang direstui, Perang Puputan ini mungkin pernah menjadi catatan kelam bagi kedua belah pihak, namun saya berharap apa yang saya lakukan bisa menjadi atau cinta kasih yang akan membawa jalan baik bagi kedua belah pihak,” harapnya. (humas klungkung)
Penulis : TImLiputan