Denpasar merupakan ibu kota propinsi Bali dan merupakan kota Madya dan sekarang bagaimana cara mewujudkan Denpasar menjadi kota berwawasan budaya. Pimpinan daerah sudah lama memiliki visi dan misi yang berbasis kearifan lokal dengan tata kota yang berbasis budaya.
Suatu hal yang sangat positif sekali yang harus mendapatkan dukungan dari semua elemen masyarakat luas. Mempunyai kebudayaan yang adi luhung yang diwariskan oleh generasi penerusnya, dikagumi oleh orang-orang asing yang sudah pernah melihat budayanya, karena apa, Bali itu mempunyai taksu atau jati diri yang khas,
walaupun dalam transisi perubahan jaman yang selalu beruba-rubah namun dalam penerapanya tidak ketinggalan jaman. Nah hal-hal seperti inilah akan diterapkan oleh Denpasar agar bisa menyesuaikan diri ditengah kemajuan tekhnologi namun tidak kehilangan roh dan jati dirinya.
Budaya seni di Denpasar Bali
Mewujudkan hal tersebut tentu banyak hal yang perlu dibenahi, Denpasar yang menjadi pusat segala aktifitas harus berkonsentrasi bagaimana caranya memperhatikan kelestarian diberbagai bidang.
{bbseparator}
Seperti halnya pesatnya pembangunan tentu berdampak bagi lingkungan, tempat-tempat kumuh sepertinya juga perlu ditata, lokalisasi yang masih saja marak, gepeng yang sering berkeliaran, kemacetan ibu kota yang menjadi rutinitas, spanduk yang semrawut, dan banyak lagi permasalahan lainnya, dilain pihak penduduk semakin banyak baik bertambahnya penduduk lokal maupun pendatang yang mencoba mengais rejeki di Ibu Kota
, sehingga semakin heterogen dan banyaknya penduduk bisa menimbulkan persaingan dan gesekan yang membuat suasana panas. Tidak mudah memang tapi kalau kita semua pemerintah dan masyarakat berada dalam satu visi dan misi dalam mewujudkan Denpasar menjadi kota Berwawasan budaya, alhasil semuanya menjadi sangat mungkin.
Pendidikan anak
Denpasar memiliki beberapa tempat menarik sebagai objek wisata yang sering dikunjungi warga asing, tentu juga akan masuk pengaruh/ buadaya asing di sini, pandai memfiltrasi budaya yang masuk adalah hal yang bijak, dan memperkenalkan budaya kita kepada mereka tentu hal yang baik juga, nah di sini diperlukan sikap dan prilaku kita, pada saat situai seperti ini,
bukan hanya seni dan budaya itu saja, mencakup juga sikap masyaraktnya. Proses panjang untuk menjadi kota yang berwawasan budaya, mudah-mudahan hal tersebut bisa terwujud dan tidak merupakan angan-angan saja, karena ini mencakup dan melibatkan orang banyak, perlu disikapi dengan bijaksana dan optimis, walaupun nantinya tidak maksimal tapi itikad untuk mempertahankan budaya dan jati diri kita sudah ada, begitu juga untuk memupuk generasi penerus tentang pemahaman konsep budaya di mindset mereka.