Mobil sebagai bentuk modernisasi masyarakat Hindia Belanda mulai masuk pada pada akhir abad ke-19. Jaman modernisasi di Hindia Belanda mulai berlangsung dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, perkembangan sekolah-sekolah modern Barat, liberalisasi perekonomian yang meningkatkan arus migrasi penduduk asing dan arus investasi modal asing, pesatnya industrialisasi, pesatnya pembangunan infrastruktur dan sistem komunikasi modern.
Menggambarkan bahwa kendaraan-kendaraan baru yang diciptakan dan berjalan di jalan raya serta membunyikan klaksonnya menunjukkan kekuasaan sang pemilik karena dengan gampang membunyikan klaksonnya untuk menyingkirkan para pejalan kaki.
Selama berabad-abad manusia Indonesia menjadi manusia jajahan. Manusia Indonesia dimasukan sebagai manusia inlander oleh pemerintah kolonial. Mentalitas yang terbentuk adalah mentalitas inlander, yang mudah silau pada kekayaan material. Selama masa kolonial itu pula, manusia Indonesia dibiasakan untuk melihat ketidakjujuran para penguasa mendapatkan kekayaan materi sebagai bentuk kewajaran.
Siapa pun yang menjabat sebagai penguasa, adalah wajar berlaku curang atau korup dan wajar hidup bergelimang kemewahan. Tidak banyak yang merasa diperlakukan tidak adil, ketika kekayaan para pejabat pada masa kolonial justru mengambil apa yang menjadi hak rakyat. Mentalitas inlander ini terus membekas pada manusia-manusia Indonesia hingga saat ini dan bahkan telah menjelma menjadi penyakit yang sangat kronis.
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno sebenarnya telah melihat betapa berbahayanya mentalitas inlander ini jika tidak segera diubah. Karena itulah Soekarno tetap menyulut kata-kata revolusi meski kemerdekaan sudah berada di genggaman bangsa Indonesia. Soekarno memaksudkan revolusi dalam hal ini adalah revolusi mental bangsa. Mengubah mental inlander menjadi mental manusia merdeka, mental yang bebas dari kesadaran-kesadaran palsu.