Cerita
Mengenal Kanda Pat, Teman Umat Hindu Sepanjang Hidup
Sabtu, 04 Mei 2024
Cerita
Puputan Badung, Konon Terpusat Di Sekitar Lapangan Puputan Badung
Kamis, 01 September 2022
SejarahBali.com
Dari sekian perlawanan masyarakat Bali melawan penjajah dibeberapa daerah di Bali, menurut, salah satu Sejahrawan Bali, Prof. Dr. A. A Bagus Wirawan, S.U, di Denpasar mengatakan, Kisah heroik puputan Badung, 20 September 1906 dipimpin, Raja Badung, I Gusti Ngurah Made berkraton di Puri Denpasar Agung disebut paling dahsyat.Karena, selain gugurnya Raja Badung dalam pertempuran, juga menelan ribuan korban jiwa.
Tempat pertempuran nan dasyat tersebut berada disekitar Gedung Jaya Saba rumah jabatan Gubernur Bali serta disekitar Bali hotel, Denpasar.
Baca juga:
Arsitektur Bali, Tersemat Makna Dan Simbul
Pertempuran tersebut pecah, diperkirakan sebagai bentuk perlawanan masyarakat Bali melawan penjajah.Yang kalan itu terkonsentrasi di sepanjang jalan WR Supratman, Denpasar saat ini.
"Sepanjang jalan tersebut (WR Supratman, Denpasar) perang terjadi, Belanda datang dari timur dari benteng Puri Kesiman, Denpasar yang sudah dikuasai terlebih dahulu.Kemudian dijadikan markas besar Belanda, yang sebelumnya Belanda telah mendarat dipesisir pantai Sanur, Denpasar," ujarnya di Denpasar.
Meletusnya pertempuran tersebut menurut Dirinya, bermula dari apa dituntutkan Belanda dengan kisah kapal karam Belanda bahwasanya adanya cerita rakyat Sanur telah melakukan perampasan. Cerita perampasan oleh rakyat Sanur tersebut tidaklah benar adanya.
Baca juga:
Arsitektur Bali, Tersemat Makna Dan Simbul
"Raja kala itu, telah bertanya kepada Rakyat maupun Penguasa Sanur, Denpasar bahwasanya, rakyat tidak melakukan perampasan akan tetapi, salah seorang pencurilah melakukan hal tersebut, jadi bukan atas nama rakyat.Akhirnya, isu perampasan tersebut menjadi pemicu meletusnya perang puputan Badung sehingga, Raja benar-benar membela kebenarannya," cetusnya.
Kala itu, Raja telah bersumpah serta rakyat Sanur, Denpasar telah bersumpah juga tidak melakukan perampasan di kapal milik Belanda.
"Inilah meyakinkan Raja bahwa, Beliau berada di posisi benar menurut, Adat dan Agama orang Bali itu sendiri, namun Belanda menafsirkan berbeda karena, Belanda mendapat laporan bahwa, seisi kapal tersebut telah dirampas artinya Raja sudah melanggar perjajian Kuta pada 1849.Artinya Raja-raja di Bali sudah sepakat dengan Pemerintah Hindia Belanda.Peristiwa Sri Komala di Pantai Sanur akhirnya dijadikan alasan Pemerintah Hidia Belanda untuk melakukan ekspedisi militer menyerang kerajaan Badung," bebernya.
Menurut Dirinya, Korban ditimbulkan dalam perlawanan tersebut menurut, laporan Belanda serta saksi mata diperkirakan sekitar dua ribu sampai, tiga ribu orang dari Laskar Badung.Sedangkan dari pihak Belanda korban tidak begitu banyak karena,
Belanda memakai senjata api sementara Laskar Badung hanya memakai senjata tradisional berupa tombak dan serta keris saja.
"Perlawanan tersebut dapat dikatakan tidak seimbang.Benar-benar perlawanan masyarakat Bali kala itu memang tulus iklas karena, membela kebenaran dan keadilan," tutup, Wirawan.
Penulis : A.A Gede Agung
Editor : SejarahBali