Selain memiliki potensi alamnya yg banyak diminati wisatawan, Nusa Penida juga menjadi tujuan perjalanan spiritual umat Hindu. Ada beberapa pura yg memiliki peninggalan bersejarah. 

Disebutkan pada abad ke-10 sudah ada hubungan antara Nusa Penida dgn Pulau Bali. Penelitian arkeologi di Nusa Penida diawali oleh kunjungan Claire Holt pada tahun 1930-an dan hasil kunjungannya diterbitkan dalam majalah Jawa dgn judul "The Bandit Island A Short Exsploration Trip to Nusa Penida".

Sedangkan Pura-pura di Pulau Nusa Penida sebagian besar disebutkan masih menunjukkan kekunoannya, yg didirikan dgn bentuk, relief, dan hiasan lainnya yg sangat berbeda dgn pura-pura yg umum ditemukan di Pulau Bali.

Sementara itu, di pura2 ini juga terdapat Balai Gedong (Pura penyimpanan) pralina2 dalam bentuk area-area kuno yg dahulu ditemukan tidak jauh dari lokasi pura tersebut. Salah satu pura di #NusaPenida yg memiliki keunikan adalah Pura Puncak Mundi.

Terletak di puncak Bukit Mundi, tepatnya di Banjar Rata Desa Klumpu, Nusa Penida, Puncak Bukit Mundi disebut2 merupakan puncak tertinggi di dataran Nusa Penida.

Pura Puncak Mundi terdiri dari tiga paleban pura yaitu Pura Beji tempat persembahyangan pertama, disusul Pura Krangkeng dan Pura Puncak Mundi yg merupakan stana Ida Batara Lingsir.

Di Pura Krangkeng terdapat meja pengadilan yg disebut meja pengampunan. Jika ada pamedek tangkil, setelah melakukan persembahyangan, umat diminta mengambil palu tersebut dan diletakkan di siwa duara 3 kali sbg simbol pengampunan dari beliau.

Selain meja pengadilan sbg meja pengampunan dan palu, terdapat pula sebuah goa yg diberi nama Goa #Krangkeng.

Goa tersebut diyakini banyak roh yg dipenjara disana. Di goa kerangkeng tersebutlah roh tsb berada setelah dihukum, digoreng pada jambangan yg ada di sana, selanjutnya dimasukkan ke Goa Kerangkeng (penjara niskala). Goa Krangkeng ini diyakini tembus hingga Goa Giri Putri, pernah ada kejadian ayam yg lepas di Goa tersebut akhirnya tembus di Goa Giri Putri.