Seperti nama-nama tempat lainnya, nama Tamblingan juga memiliki arti. Tamblingan berasal dari kata Tamba dan Elingang. Tamba dalam bahasa Bali berarti obat dan Elingang sendiri berarti kemampuan Spiritual. Jadi Danau Tamblingan berarti Danau yang memiliki kemampuan Spiritual untuk mengobati.
Legenda nama Tamblingan berawal sekitar abad ke 10 sampai 14, saat itu disekitar danau terdapat 4 desa yaitu Munduk, Gobleg, Gesing dan Umejero. Keempat Desa tersebut diminta agar menjaga kesucian dari Danau Tamblingan. Tapi suatu ketika keempat desa tersebut terkena suatu wabah penyakit yang menular, lalu ada seorang imam yang disucikan datang ke danau tersebut untuk mengambil air.
Di Danau itu dia berdoa dan berkat kemampuan spiritualnya, air tersebut dijadikan sebagai obat dan berhasil menyembuhkan masyarakat dari wabah epidemi yang menyerang mereka. Sejak peristiwa inilah penduduk dari 4 Desa tersebut mulai banyak membangun Pura disekitar Danau Tamblingan.
Tercatat ada 11 Pura yang ada di sekitar Danau Tamblingan yaitu Pura Dalem Tamblingan, Pura Endek, Pura Ulun Danu, Pura Sang Hyang Kangin, Pura Sang Hyang Kawuh, Pura Gubug, Pura Tirta Mengening, Pura Naga Loka, Pura Pengukiran, Pura Pengukusan dan Pura Embang. Ada 2 buah Pura lagi yaitu Pura Tukang Timbang dan Pura Embang yang terbuat dari Batu “Bebaturan”. Diperkirakan kedua Pura tersebut merupakan Pura tertua yang ada di daerah tersebut yang dibangun sebelum abad ke 10.
Karena letaknya yang berada pada ketinggian 1000 MDPL, suhu di Danau Tamblingan cenderung dingin meskipun pada siang hari sekalipun. Saat matahari bersinar tepat di atas Danau Tamblingan, kita bisa melihat pantulan pepohonan pada permukaan air danau. Air Danau Tamblingan memang bersih. Untuk kamu yang suka memancing, sore hari menjelang matahari terbenam adalah waktu yang paling cocok.