Asal usul
Sejarah Desa Les: Kata Les Berarti Datang, Dahulu jadi Tempat Persinggahan Pedagang
Minggu, 27 April 2025
Asal usul
Sejarah Desa Les: Kata Les Berarti Datang, Dahulu jadi Tempat Persinggahan Pedagang
Minggu, 27 April 2025
Sejarah Desa Les: Kata Les Berarti Datang, Dahulu jadi Tempat Persinggahan Pedagang
Desa Les memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Berdasarkan sumber-sumber yang ada, desa ini diperkirakan sudah ada sejak sebelum abad ke-10. Les juga dikenal sebagai penghasil Garam Tradisional yang berkualitas.
Dilansir dari Website Desa Les, kata Les erat dengan makna "Panjingan" disebut-sebut sebagai nama awal dari desa ini. Nama ini diperkirakan berasal dari kata "manjing" yang artinya masuk. Hal ini mengindikasikan bahwa desa ini dulunya merupakan sebuah bandar atau pelabuhan masuk ke Bali.
Versi lain menyebutkan jika nama "Les" diyakini berasal dari kata dalam bahasa Bali yang berarti "datang" atau "mampir." Nama ini konon diberikan karena desa ini sering menjadi tempat persinggahan bagi pendatang yang melakukan perjalanan melalui pesisir utara Bali.
Baca juga:
Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali
Desa Les memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan kerajaan-kerajaan Bali kuno, terutama dengan Kerajaan Buleleng. Wilayah ini menjadi bagian dari pengaruh kerajaan, dan masyarakatnya terlibat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan dan pertanian.
Desa ini diperkirakan sejaman dengan Desa Kawista yang terletak di Yeh Buah, Penyusuhan. Keduanya memiliki sejarah yang saling berkaitan.
Seiring berjalannya waktu, penduduk desa memutuskan untuk berpindah ke tempat yang lebih tinggi dan aman. Desa ini kemudian dikenal dengan nama Desa Les.
Desa Les memiliki peran penting dalam sejarah Bali, terutama dalam konteks perdagangan dan hubungan antar wilayah.
Potensi wisata yang besar, terutama wisata alam dan budaya. Les terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah, termasuk pantai, pegunungan, dan ladang garam. Desa ini juga menjadi titik awal bagi beberapa destinasi wisata alam, seperti air terjun dan tempat snorkeling.
Desa Les telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi garam tradisional di Bali. Proses pembuatan garam di desa ini memiliki sejarah panjang dan melibatkan teknik-teknik tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Proses pembuatan garam di Desa Les masih menggunakan metode tradisional. Petani garam memanfaatkan sinar matahari untuk menguapkan air laut dan menghasilkan kristal garam.
Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi garam pun terbilang sederhana, seperti tambak garam, palungan (batang kelapa), dan alat penggaruk.
Garam yang dihasilkan di Desa Les dikenal memiliki kualitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang alami dan tidak menggunakan bahan kimia.
Garam Les memiliki cita rasa yang khas, sedikit lebih kasar dibandingkan garam produksi pabrik. Hal ini membuat garam Les banyak dicari oleh masyarakat yang menyukai cita rasa alami.
Proses Pembuatan Garam dimulai dari Pengambilan Air Laut. Air laut diambil dari pantai dan dialirkan ke tambak-tambak garam.
Kemudian proses Penguapan. Air laut dibiarkan menguap di bawah sinar matahari hingga terbentuk kristal garam.
Selanjutnya Penggarukan. Kristal garam yang sudah terbentuk kemudian digaruk dan dikumpulkan.
Proses berlanjut yakni Pengeringan. Garam yang sudah terkumpul kemudian dijemur kembali untuk menghilangkan kandungan air yang masih tersisa.
Tahap terakhir adalah Penyortiran. Garam yang sudah kering kemudian disortir berdasarkan ukuran dan kualitasnya.
Sumber: https://baliexpress.jawapos.com/bali/674961462/sejarah-desa-les-kata-les-berarti-datang-dahulu-jadi-tempat-persinggahan-pedagang?page=2#google_vignette
Penulis : TImLiputan
Editor : SejarahBali
Asal usul
Minggu, 27 April 2025
Asal usul
Minggu, 20 April 2025
Asal usul
Minggu, 27 April 2025
Histeria
Rabu, 02 April 2025