Asal usul
Sejarah Desa Les: Kata Les Berarti Datang, Dahulu jadi Tempat Persinggahan Pedagang
Minggu, 27 April 2025
Asal usul
Sejarah Pura Kehen di Bangli, Ada Kulkul Unik di Atas Pohon
Selasa, 22 April 2025
Sejarah Pura Kehen di Bangli, Ada Kulkul Unik di Atas Pohon
Umat Hindu di Bali telah menjalankan Hari Raya Pagerwesi pada Buda Kliwon Wuku Shinta atau tanggal 30 Maret 2022 kemarin. Hari raya suci tersebut juga bertepatan dengan odalan (Upacara besar) di pura kuno daerah Kabupaten Bangli, yaitu Pura Kehen.
Pura Kehen terletak di Banjar Pekuwon, Desa Adat Cempaga.Pura ini terletak pada ketinggian 483 meter di atas permukaan laut, tepatnya di kaki bagian selatan Bukit Bangli. Karena letaknya di ketinggian, pura ini memiliki pemandangan yang sangat menawan. Berikut ini sejarah Pura Kehen di Bangli.
1. Ditemukan tiga prasasti terkait sejarah Pura KehenArea utama mandala Pura Kehen. (instagram.com/pura_kehen_bangli)Sejarah berdirinya Pura Kehen dapat diketahui berdasarkan temuan tiga buah prasasti. Ketiga prasasti tembaga ini telah dibaca oleh Dr PV Van Stain Callenfels, dan teks lengkapnya dimuat dalam buku Epigraphina tahun 1926. Isinya adalah: Prasasti I: Diperkirakan dari abad IX menyebutkan Hyang Api, Hyang Karinama, Hyang Tanda, serta nama-nama bhiksu.
Prasasti ini menggunakan Bahasa Sanskerta Prasasti II: Menyebutkan Sang Senapati Kuturan. Prasasti ini menggunakan Bahasa Jawa Kuno Prasasti III: Terdapat angka tahun Saka 1126, Masehi 1204 menyebutkan nama Hyang Kehen yang memerintah pada tahun tersebut adalah Ida Bhatara Guru Sri Adhikunti Ketana. Pada prasasti ini juga menjelaskan keterikatan Pura Kehen dengan sejarah Desa Bangli. Dalam prasasti ini disebutkan, Raja Ida Bhatara Guru Sri Adhikunti Ketana mengeluarkan Bhisama (Perintah), memerintahkan semua penduduk wilayah Desa Bangli untuk kembali ke
2. Kata kehen berasal kata keren Pura Kehen. (instagram.com/pura_kehen_bangli)Kehen diperkirakan berasa dari kata keren yang berarti tempat api. Hal ini ditemukan pada prasasti pertama yang menyebutkan Hyang Api.Dari prasasti tersebut kiranya dapat diambil suatu petunjuk, bahwa nama Hyang Api mengalami perubahan. Dalam perkembangannya, nama Hyang Api dalam prasasti pertama berubah menjadi Hyang Kehen dalam prasasti ketiga, dan selanjutnya menjadi Pura Kehen.Berdasarkan ketiga prasasti di atas, diperkirakan keberadaan Pura Kehen telah ada sejak tahun Saka antara 804 sampai 836 atau tahun 1016 sampai 1049 Masehi.
3. Jadwal upacara di Pura Kehen BangliProsesi mepeed di Pura Kehen. (instagram.com/pura_kehen_bangli)Mengutip dari situs Disparbud.banglikab.go.id, terdapat dua jenis upacara yang dilangsungkan di Pura Kehen, yaitu: Upacara atau piodalan di Pura Kehen jatuh setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Buda Kliwon Wuku Sinta yang bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi.
Biasanya upacara ini berlangsung selama lima hari. Banjar-banjar adat yang tergabung dalam wadah Gebog Domas biasanya akan melangsungkan prosesi mepeed (Melakukan iring-iringan) ke Pura Kehen secara bergantian Upacara Karya Agung Bhatara Turun Kabeh dilaksanakan pada Purnama Sasih kelima (Bulan kelima). Upacara ini dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Terakhir, upacara dengan tingkatan utama ini dilaksanakan pada 20 Oktober 2021 yang masih dalam suasana pandemik COVID-19. Selain mepeed, biasanya setiap desa adat akan menghaturkan tarian sakral seperti Tari Baris Dadap, Baris Perasi, Baris Gowak, Tari Rejang, dan Pendet.
4. Terdapat kulkul unik yang berada di atas pohon Kulkul di Pura Kehen. (instagram.com/pura_kehen_bangli)Sebagai pura kuno, Pura Kehen memiliki keunikannya tersendiri. Pura ini terdapat sebuah kulkul (Kentungan tradisional) di atas sebuah pohon beringin yang diperkirakan berumur ratusan tahun.Kulkul ini tidak memiliki anak tangga seperti lazimnya bale kulkul yang ada di setiap pura. Jro mangku yang akan memukul kulkul ini harus memanjat atau menaiki akar pohon beringin tersebut.Tidak sembarang orang boleh memukul kulkul tersebut.
Hanya orang terpilih saja yang boleh menyuarakannya.5. Gebog Domas, wadah masyarakat penyungsung Pura KehenMasyarakat bersembahyang di Pura Kehen. (instagram.com/pura_kehen_bangli)Pura Kehen dikenal dengan istilah Gebog Domas. Gebog Domas adalah gabungan masyarakat banjar adat dan desa adat di sekitar Pura Kehen yang memiliki tanggung jawab terhadap keberadaan Pura Kehen.
Hal ini juga dikenal dengan sebutan Bebanuan Pura Kehen atau istilah untuk menyebutkan banjar adat atau desa adat yang menjadi pengemong Pura Kehen.Banjar adat yang masuk dalam Gebog Domas atau Bebanuan Pura Kehen adalah Banjar Blungbang, Banjar Pule, Banjar Kawan, Banjar Pande, Banjar Tegallalang, Banjar Geria, Banjar Nyalian, Banjar Penatahan, Banjar Tanggahan Peken, Banjar Pukuh, Banjar Demulih, Banjar Pengelipuran, Banjar Kubu, Banjar Bebalang, Banjar Tegal, Banjar Sedit, Banjar Gancan, Banjar Sembung, Banjar Petak, Banjar Gunaksa, Banjar Pekuwon, Banjar Tegal Suci, dan Banjar Sidembunut.
Gebog Domas atau Bebanuan Pura Kehen adalah sebagai simbol bersatunya masyarakat di Bangli, khususnya di sekitar Pura Kehen. Masing-masing masyarakat dalam wadah ini menjalankan kewajiban dan mengemban tanggung jawabnya masing-masing.
Lalu siapa yang dipuja di Pura Kehen? Sesuai isi dari prasasti, awalnya yang dipuja di pura ini disebut dengan nama Hyang Api, Hyang Tanda, dan Hyang Karimana.
Seiring berjalannya waktu kemudian menyesuaikan keyakinan umat Hindu yang memuja Dewa Tri Murti. Maka, dapat dikatakan yang dipuja di Pura Kehen adalah Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Sumber: https://bali.idntimes.com/science/discovery/ari-budiadnyana/sejarah-pura-kehen-di-bangli-c1c2?page=all
Penulis : TImLiputan
Editor : SejarahBali
Asal usul
Minggu, 27 April 2025
Asal usul
Minggu, 20 April 2025
Asal usul
Minggu, 27 April 2025
Histeria
Rabu, 02 April 2025