Asal usul
Sejarah Pura Pulaki di Buleleng, Pura Eksotis yang Berada di Pesisir Bali Utara
Senin, 14 April 2025
Asal usul
Tradisi Hindu Bali: Lima Tempat Wajib Dihaturkan Banten Saiban, Ini Alasannya Menurut Manawa Dharmasastra
Kamis, 10 April 2025
Tradisi Hindu Bali: Lima Tempat Wajib Dihaturkan Banten Saiban, Ini Alasannya Menurut Manawa Dharmasastra
Mebanten saiban atau ngejot merupakan suatu tradisi Hindu di Bali yang biasa dilakukan setiap hari setelah selesai memasak pada pagi hari.
Mesaiban atau mejotan juga disebut dengan yadnya sesa, merupakan yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi panca yadnya yang dilaksana umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
Penyuluh Agama Hindu, I Made Marjana, menjelaskan, yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya, yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri.
Lebih lanjut Marjana, pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini. Tujuan mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang diberikan Hyang Widhi.
Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa.
Tidak saja menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi-Nya dan makhluk ciptaan-Nya termasuk alam beserta dengan isinya.
Banten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi, garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu.
Tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.
Baca juga:
3 Keunikan Pura Uluwatu dan Sejarahnya
Yadnya sesa yang sempurna adalah dihaturkan lalu dipercikkan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan itu.
Namun yang sederhana bisa dilakukan tanpa memercikkan air dan menyalakan dupa, karena wujud yadnya sesa itu sendiri dibuat sangat sederhana.
Menurut Marjana, ada lima tempat penting yang wajib dihaturkan yadnya sesa, sebagai simbol dari Panca Maha Bhuta.
Pertama adalah pertiwi (tanah), biasanya ditempatkan di pintu keluar rumah atau pintu halaman.
Kedua apah (air), ditempatkan di sumur atau tempat air. Ketiga teja (api), ditempatkan di dapur, tempat memasak (tungku) atau kompor.
Keempat bayu, ditempatkan di beras, bisa juga di tempat nasi.
Kelima akasa, ditempatkan di tempat sembahyang (pelangkiran, pelinggih dan lain sebagainya).
"Namun menurut kitab Manawa Dharmasastra, tempat-tempat yang patut dihaturkan saiban adalah sanggah pamerajan,dapur, jeding (tempat air minum di dapur), batu asahan, lesung, dan sapu," imbuh Marjana.
Sejak Minum Ini, Nyeri Sendi & Tulang Tak Pernah Balik-balik lagi
Pelajari Lebih
Kelima tempat terakhir ini disebut sebagai tempat di mana keluarga melakukan Himsa Karma setiap hari. Karena secara tidak sengaja telah melakukan pembunuhan binatang dan tetumbuhan di tempat-tempat itu.
Marjana menambahkan di dalam Kitab Manawa Dharmasastra Adhyaya III 69 dan 75 dinyatakan, dosa-dosa yang kita lakukan saat mempersiapkan hidangan sehari-hari itu bisa dihapuskan dengan melakukan yadnya sesa.
Makna dan tujuan yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat Hindu untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri.
Pelaksanaan yadnya sesa juga bermakna bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini.
"Tujuannya mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagai sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa," pungkas Marjana.
Penulis : TImLiputan
Editor : SejarahBali
Asal usul
Senin, 14 April 2025
Asal usul
Kamis, 10 April 2025
Asal usul
Senin, 14 April 2025
Asal usul
Kamis, 10 April 2025
Histeria
Rabu, 02 April 2025
Histeria
Sabtu, 05 April 2025