Klasik

Trunyan

 Rabu, 13 Agustus 2014

Sejarahbali.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Buleleng - 
Trunyan adalah sebuah Desa Tua yang dihuni oleh penduduk asli Bali(Bali Age) yaitu penduduk asli Bali sebelum kedatangan orang-orang Majapahit. Di Desa ini terdapat tradisi yang unik yaitu setiap ada orang yang meninggal di Desa ini tidak akan di kubur atau di bakar(ngaben) seperti masyarakat Bali pada umumnya, namun jenasahnya hanya di letakkan di bawah pohon Taru Menyan
 
 
dan uniknya tidak tercium bau busuk atau bau tidak enak dari tempat ini padahal jenasah hanya diletakkan di atas tanah dan di ruangan terbuka. Untuk menuju tempat ini harus menyebrangi Danau Batur dengan menggunakan perahu yang telah disediakan dan memakan waktu sekitar 20 menit.
 
Terdapat dua cara pemakaman di Desa ini :
 
  1. Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka (mepasah). Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang telah berumah tangga,  yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
  2. Dikubur/dikebumikan untuk Orang-orang yang cacat tubuhnya, atau pada saat meninggal terdapat luka yang belum sembuh seperti penderita penyakit cacar, lepra. Orang yang meninggalnya dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri dan anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.

{bbseparator}
 
Ada tiga macam kuburan(Sema):
 
  1. Sema Wayah bagi warga yang meninggalnya secara wajar.
  2. Sema Muda untuk menguburkan bayi dan anak kecil atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah.
  3. Sema Bantas untuk warga yang meninggalnya secara tidak wajar, karena kecelakaan atau karena bunuh diri.
Dua kuburan pertama, Sema Wayah dan Sema Muda, letaknya berjauhan dengan desa, sedangkan Sema Bantas terletak di dekat Desa Trunyan.

Penulis : TImLiputan

Editor : SejarahBali



Sejarah Bali Sejarah Kuburan Trunyan


Tonton Juga :











Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT